SCIENTIFIC PUBLICATIONS
Research will open horizon of life
KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR DI KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI (Lora Purnamasari dan Zikra)
KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR DI KABUPATEN SAROLANGUN,
PROVINSI JAMBI
Lora Purnamasari dan Zikra
Program Studi Pendidikan Biologi
STKIP PGRI Sumatera Barat
Email. lorapurnamsari@gmail.com
ABSTRAK
Udang air tawar yang bisa ditemukan di Indonesia terdiri atas suku Atyidae dan Palamonidae dari Ordo Decapoda. Faktor pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan udang air tawar yaitu karakteritik habitat dan faktor lingkungan pada masing-masing tipe habitat. Provinsi Jambi memiliki hutan hujan tropis dataran rendah yang mengalami deforestrasi tercepat di daerah Asia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman udang air tawar dan faktor fisika dan kimia yang mendukung keberadaan udang air tawar di Kabupaten Sarolangun. Koleksi sampel dilakukan pada sungai-sungai yang terdapat pada kebun kelapa sawit, kebun karet, hutan rakyat dan hutan sekunder. Penentuan lokasi sampel secara purposive sampling yang dilanjutkan dengan road sampling. Identifikasi morfologi didapatkan 3 spesies udang air tawar, yaitu Macrobrachium malayanum, M. pilimanus, dan M. lanchesterii. Jumlah keanekaragaman dan kemerataan tertinggi pada habitat hutan sekunder (H’=0.699) dan hutan rakyat (E=0.609). faktor lingkungan mempengaruhi distribusi udang air tawar.
Kata kunci : keanekaragaman, udang air tawar, Macrobrachium
PROFIL PERTUMBUHAN BAKTERI TERMOFILIK PENGHASIL XYLANASE ALKALI DARI SUMBER AIR PANAS MUDIAK SAPAN, SOLOK SELATAN Irdawati (1), Syamsuardi (2), Anthoni Agustien (2), Yetria Rilda (3), Heffi Alberida (1)
PROFIL PERTUMBUHAN BAKTERI TERMOFILIK PENGHASIL XYLANASE ALKALI DARI SUMBER AIR PANAS MUDIAK SAPAN, SOLOK SELATAN
Irdawati (1), Syamsuardi (2), Anthoni Agustien (2), Yetria Rilda (3), Heffi Alberida (1)
1. Biology Departement FMIPA UNP
2. Biology Departement FMIPA Andalas
3. Chemistry Departement FMIPA Andalas
Email: irdawati.amor40@gmail.com
ABSTRAK
Enzim xilanase merupakan enzim yang mengkatalis reaksi pemecahan xilan (hemiselulosa) menjadi xilooligosakarida dan xilosa. Xilanase digunakan dalam pre-bleaching pulp, konversi hemiselulosa menjadi sumber bahan baku untuk produksi biofuel,dan juga penghasil gula xylosa untuk pengidap diabetes. . Xilanase menggantikan bleaching konvensional secara kimiawi dengan menggunakan klor yang tidak ramah lingkungan. Produksi xilanase dapat dihasilkan dari bakteri dan bersifat termostabil yang sangat diperlukan di dunia industri. Bakteri termofilik penghasil enzim xilanase banyak ditemukan pada sumber air panas. Sumber air panas Mudiak Sapan Solok Selatan berpotensi mengandung bakteri termofilik dikarenakan suhu air pada daerah ini sangat tinggi berkisar 93ºC dan pH 8 (bersifat alkali).Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil pertumbuhan Bakteri termofilik penghasil xylanase alkali dari sumber air panas Mudiak Sapan Solok Selatan.Pertumbuhan mikroba bakteri termofilik dihitung dengan metode pengukuran Turbidity, dan aktivitas xylanase dengan metode Bailey. Isolasi bakteri termofilik dengan menggunakan medium NA-Xylan dan produksi enzimnya dengan menggunakan medium Beechwood Xylan pada suhu 600C dan pH 8 serta agitasi 150 rpm. Hasil penelitian menunjukkan Pertumbuhan bakteri termofilik dimulai dari 2 jam fermentasi , fase eksponensial terjadi selama 4 sampai 8 jam fermentasi dan fase stasioner terlihat setelah 8 jam, selanjutnya pada jam ke 10 menunjukkan penurunan pertumbuhan.Produksi xylanase tertinggi dicapai pada jam ke 6 masa fermentasi.
Kata kunci: xilanase alkali, bakteri termofilik, Mudiak Sapan Solok Selatan
KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI KERANG BAKAU (Polymesoda bengalensis L.) DI KAWASAN MANGROVE KENAGARIAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN (Aisyah, Rina Widiana, dan Lince Meriko)
KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI KERANG BAKAU (Polymesoda bengalensis L.)
DI KAWASAN MANGROVE KENAGARIAN GASAN GADANG
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
DI KAWASAN MANGROVE KENAGARIAN GASAN GADANG
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Aisyah, Rina Widiana, Lince Meriko
Program Studi Pendidikan Biologi
STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Polymesoda bengalensis adalah salah satu bivalvia yang termasuk familia Corbiculidae. Kerang ini merupakan salah satu hasil perikanan yang bernilai ekonomis dan memiliki gizi yang tinggi meliputi 9 % karbohidrat, 27 % lemak dan 64 % protein. Salah satu daerah penghasil kerang adalah Kawasan Mangrove Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Menurut informasi dari masyarakat hasil tangkapan sudah mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh permintaan akan daging kerang bakau yang semakin tinggi dan tingginya eksploitasi yang dilakukan penduduk. Berdasarkan pemikiran di atas telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kepadatan dan pola distribusi kerang bakau (Polymesoda bengalensis L.) di Kawasan Mangrove Kenagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif. Teknik penetapan stasiun dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan vegetasi dan Gap. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun yaitu Stasiun I pada vegetasi Sonneratia caseolaris, Stasiun II pada vegetasi Aegiceras corniculatum dan Stasiun III pada lahan terbuka (Gap). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu total kepadatan populasi 2,33 ind/m² dan rata-rata total kepadatan 0,77 ind/m² , pola distribusi mengelompok. Kondisi fisika kimia selama penelitian untuk ketiga stasiun didapatkan suhu berkisar 26-29 ºC, pH 6,8-7,6, oksigen terlarut 7,2-12,0 ppm, salinitas 12,7-16,8 ‰ dan KOS 2,32-2,98 %. Tipe substrat yang ditemukan adalah lumpur berpasir dan pasir.
Kata kunci: Kepadatan populasi, pola distribusi, Polymesoda bengalensis
TINGKAT KONSUMSI MASYARAKAT MINANGKABAU DAN PERKEMBANGAN BIBIT JENGKOL DAN PETAI DARI SUMATERA BARAT (Tesri Maideliza) and Mansyurdin)
TINGKAT KONSUMSI MASYARAKAT MINANGKABAU DAN PERKEMBANGAN BIBIT JENGKOL DAN PETAI DARI SUMATERA BARAT
Tesri Maideliza and Mansyurdin
Biology Dapartment, Faculty of Mathematics and Science, Andalas University
tatesri@yahoo.com
ABSTRACT
Plants Jengkol (Phithecollobium jiringa) and petai (Parkia speciosa) can be used as timber and fruit as food. Community of Minang Kabau very close to both of these plants because it has become a daily food and included as a mandatory meals for the ceremony. A research note from Minang Kabau community jengkol and petai has started since the age of 0-12 years (20% like Jengkol and Petai), teen aged 13-15 years 73% of respondents liked, aged 16-19 years decreased only 70% respondents liked and respondents aged 20-25 years, ages 25-35 and over 35 years of age 74, 76 and 79 liked respectively. Jengkol and petai seed germination experiment and for seedling from 7 location sites (Payakumbuh, Batu Sangkar, Solok, Bukittinggi, Padang, Painan and Pasaman) has been performed. Jengkol viability of locations Payakumbuh, Batu Sangkar, Solok, Bukittinggi, Padang, Painan and Pasaman germinate is 65, 64, 60, 59, 73, 73 and 69%. The highest germination is Jengkol colected from Padang and Painan. Petai viability of locations Payakumbuh, Batu Sangkar, Solok, Bukittinggi, Padang, Painan and Pasaman are respectively 64, 59, 59, 66, 72, 74 and 56%. Petai highest germination collected from Pasaman. Jengkol seed germination and petai is no different with an average of 66 and 64% respectively.
Keywords: Biji, Jengkol, Kayu, Minang Kabau, Petai
Langganan:
Postingan (Atom)